Edisi Jurnal Perempuan 120 memetakan secara historis dan analitis bagaimana Orde Baru (1966–1998) menormalisasi “state ibuism”—ideologi gender yang menempatkan perempuan sebagai istri dan ibu—seraya melembagakannya lewat kebijakan (KB, organisasi istri pegawai, PKK, Dharma Wanita) yang membatasi agensi di ruang publik; namun di tengah represi, jaringan seperti Jurnal Perempuan, Kalyanamitra, Solidaritas Perempuan, LBH APIK, Fatayat NU, dan Flower Aceh tetap memproduksi pengetahuan, mendokumentasikan kasus, membangun solidaritas lintas gerakan, dan memperluas advokasi hingga konsolidasi pasca-1998 (mis. KPI). Berpijak pada Blackburn, Arivia, dan Subono, edisi ini menempatkan gerakan perempuan Indonesia dalam arus nasionalisme dan pembangunanisme Asia, menunjukkan bahwa kerja-kerja feminis sering lahir dari simpul gerakan lain dan—meski jarang mengafirmasi label “feminis”—tetap substantif melawan diskriminasi. Dengan pendekatan autoetnografi yang mewujudkan semboyan “the personal is political”, serta kombinasi riset historis-struktural, edisi ini merangkai tiga benang: (1) genealogi dan politik ingatan negara atas tubuh perempuan; (2) agensi dan taktik resistensi dalam represi (dari SIP 1998 hingga gerakan buruh migran); (3) analisis institusional LSM daerah atas kekerasan negara. Kesimpulannya, gerakan perempuan Indonesia majemuk, adaptif, dan terus bernegosiasi dengan patriarki, kapitalisme, dan kuasa negara—seraya menulis, bukan sekadar menyaksikan, narasi perubahan sosial-politik bangsa.