Abstract
"Mothers of the Nation" or ibuism is a term that is often considered negative in the study of women's history. This is related to the nation's political journey, during which the New Order regime took power, the terminology was used to control and dominate women in Indonesia. Further explored, in the 1920s, the spirit of nationalism are grew, including among the (priayi) noble women. They formed an association and held the Indonesian Women's Congress I in 1928. According to Susan Blackburn, what women did at the time was their nationalistic form, becoming "Mothers of the Nation." Using a historical approach, this paper seeks to retrace how early noble women came into existence and formulated their ideas of nationalism. The sources used are the result of literature studies, whether magazines, books, scientific papers, memoirs or biographies of women movement. This paper also use oral and photo sources to complete the experiences of women who involved in this topic.
References
Andrianie, K 2004, Konsep Pernikahan dalam Serat Piwulang Estri, skripsi, Ilmu Sastra Nusantara Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Astuti, D 2003, Sri Mangunsarkoro: Tokoh Pergerakan Perempuan Indonesia 1924-1945, skripsi, Jurusan Sejarah FIB, Universitas Indonesia, Depok.
Blackburn, S 2007, Kongres Perempuan Pertama: Tinjauan Ulang, Yayasan Obor Indonesia & KITLV Jakarta, Jakarta.
“Daftar Anggota Perguruan Taman Siswa Di Madjelis Luhur dan Tjabang2/Persiapan/Tjabang/Kandidat Persiapan Tjabang Taman Siswa Di Daerah Djawa Tengah Jang Dikenakan Penindakan” 1965, Poesara, September-Desember, h. 18.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan 1977, Pendidikan di Indonesia 1900-1940: Kebijaksanaan Pendidikan di Hindia Belanda 1900-1942, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
Dewantara, BS 1979, Nyi Hajar Dewantara dalam Kisah dan Data, Gunung Agung, Jakarta.
Dewantara, KH 1931, “Wanita Taman-Siswa. Vrouwenraad dalam Taman-Siswa”, Poesara, November, h. 21-22.
Dewantara, KH 1935, “Perempuan di dalam Pertumbuhan Adab”, Wasita, Juli, tahun I No. 6.
Djadjadiningrat-Nieuwenhuis, M 1987, “Ibusim and Priyayisation: Path to Power?”, dalam E Locher-Scholten & A Niehof, Indonesian Women in Focus, KITLV, Leiden.
Gouda, F 2007, Dutch Culture Overseas: Praktik Kolonial di Hindia Belanda 1900-1942, Serambi, Jakarta.
Handayani, C & Novianto, A 2011, Kuasa Wanita Jawa, LkiS, Yogyakarta.
Issom, SS 2000, Sukaptinah Sunaryo Mangunpuspito: Sosok Wanita Pergerakan Indonesia (1928-1956), tesis, Pascasarjana Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok.
Kartini, R.A. 2014, Emansipasi: Surat-surat kepada Bangsanya 1899-1904, Jalasutra, Yogyakarta.
Kartodirdjo, S, Sudewo, A & Hatmosuprobo 1987, Perkembangan Peradaban Priyayi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Kementerian Penerangan Republik Indonesia 1950, Kepartaian di Indonesia, Kementerian Penerangan Republik Indonesia, Jakarta.
Kuntowijoyo 2004, Raja, Priyayi dan Kawula: Surakarta 1900-1915, Ombak, Yogyakarta.
Locher-Scholten, E 2000, “Colonial Ambivalencies: European Attitudes towards the Javanese Household (1900-1942)”, dalam J Koning, M Nolten, J Rodenberg & R Saptari (eds.), Women and Households in Indonesia: Cultural Notions and Social Practices, Curzon.
Lubis, NH 2007, Kajian Tentang Perjuangan Raden Ayu Lasminingrat: Dalam Rangka Pengusulannya sebagai Pahlawan Nasional, Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran, Bandung.
Madjelis Luhur Persatuan Tamansiswa 1961, Karja Ki Hadjar Dewantara, Madjelis
Luhur Persatuan Tamansiswa, Yogyakarta.
Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa 1996, Mengenal Taman Wijayabrata, Makam Pahlawan Pejuang Bangsa, Majelis Luhur Tamansiswa & PT. BP. Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta.
Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa 2013, Ki Hajar Dewantara: Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka (Bagian II Kebudayaan), UST Press, Yogyakarta.
Mangoensarkoro, NS 1931, “Pendidikan Anak Perempoean”, dalam Poesara, Oktober, h. 6-9.
Mangoensarkoro, NS 1932, “Mengapa Wanita Taman Siswa Haroes Diatoer?”, Poesara, 1 Januari, h. 88.
Mangoensarkoro, NS 1933, “Pembitjaraan tentang: ‘Wanita Taman Siswa’, pada ‘Rapat Iboe’ T.S. Djakarta Djatibaroe”, dalam Poesara, Juni. h. 133.
Mangoensarkoro, NS 1934a, “Meninggikan Derajat ‘Roemah Tangga’”, dalam Poesara, 2 Februari, h. 71.
Mangoensarkoro, NS 1934b, “So’al Polygami”, dalam, Poesara, Agustus, h. 152-154.
Mangoensarkoro, NS 1935, “Arti Perempoean Sebagai Iboe Bangsa”, dalam Wasita, April, h. 129-130.
Ningrum, SUD 2017, Menjadi Priyayi Jawa: Sejarah Wanita Tamansiswa, 1920an – 1960an, tesis, S2 Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Nordholt, HS 2002, Kriminalitas, Modernitas dan Identitas dalam Sejarah Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Panitia Pembuatan Buku 2009, 80 Tahun Kowani, Derap Langkah Pergerakan Organisasi Perempuan Indonesia, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
“Perajaan Windon Wisma-Rini Mataram” 1932, Poesara, Mei, h. 60.
“Peratoeran Besar Wanita Tamansiswa” 1939, Poesara, Maret, h. 59.
“Poligamie bij de inheemsche bevolking” (Poligami pada masyarakat pribumi) 1930, dalam Departement van Economische Zaken, Volkstelling.
Scherer, S 2012, Keselarasan dan Kejanggalan: Pemikiran-pemikiran Priyayi Nasionalis Jawa awal Abad XX, Komunitas Bambu, Jakarta.
Suratmin & Sutjiatiningsih 1991, Biografi Tokoh Kongres Perempuan Indonesia Pertama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Niai Tradisional, Jakarta.
De Stuers, CV 2008, Sejarah Perempuan Indonesia, Gerakan dan Pencapaian, Komunitas Bambu, Jakarta.
Wanita Tamansiswa 1990, Seratus Tahun Nyi Hadjar Dewantara, Percetakan Offset Tamansiswa, Yogyakarta.
W.T.S. Djakarta 1934, “Kepandoean Sebagai Alat Pendidikan Anak Perempoean”, Poesara, Maret, h. 87.